Profil Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak


Profil Desa Saham

Desa Saham terdapat di kecamatan Sengah Temila yang memiliki luas wilayah menurut Jenis penggunaan tanah di Kecamatan Sengah Temila ialah 10,25 km. Jarak dari desa menuju Ibukota Kecamatan Sengah Temila ialah sekitar 12 kilometer. Dengan lokasi yang cukup luas dari desa-desa lainnya, desa Saham memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1876 orang dan perempuan sebanyak 1673 orang dari 838 KK yang tersebar di 8 Dusun, 8 RT dan 17 RW.

Berkenaan dengan pendidikan, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Landak, di Desa Saham terdapat 5 Sekolah Dasar(SD), 2 Sekolah Menengah Pertama(SMP), dan 1 Sekolah Menengah Atas(SMA).

Tenaga Kesehatan menurut jenisnya, menurut data terakhir pada tahun2014 dari Puskesmas setempat, desa Saham terdapat 1 orang Bidan, 3 orang Manteri Kesehatan/Perawat, dan 10 orang dukun bayi. Sarana kesehatan disana menurut jenisnya terdapat dari  1 puskesmas Pembantu dan 1 Polindes, 1 tempat Praktik Bidan dan 1 tempat Praktik Manteri Kesehatan.

Tempat ibadah menurut jenisnya, berdasarkan data dari KUA Kecamatan sengah Temila, terdapat 5 bangunan Gereja Protestan dan 5 gereja Katolik.

Desa Saham memiliki destinasi wisata yang cukup terkenal di Kalimantan Barat, yaitu Rumah Panjang Saham.
Gambar: Rumah Panjang Saham, Desa Saham, Kec. Sengah Temila, Kab. Landak

Rumah panjang adalah rumah adat Suku Dayak khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan. Berada terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman Suku Dayak. Sungai merupakan jalur transportasi utama bagi Suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang, yang biasanya jauh dari pemukiman atau melakukan aktifitas perdagangan. Rumah Panjang Saham dibangun sekitar tahun 1875 dan merupakan rumah panjang yang terletak di Dusun Saham, Desa Saham, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, sekitar 200 kilometer dari ibukota Kalimantan BaratPontianak.

Menurut sejarahnya, sekitar tahun 1960-an, terjadi penghancuran rumah adat suku Dayak oleh pemerintah kala itu. Pemerintah menganggap, gaya hidup komunal masyarakat Dayak menyerupai gaya hidup komunis. Pemerintah khawatir dengan semangat solidaritas penghuninya yang dapat mengancam keamanan negara dan tuduhan hidup bersama di rumah panjang tidak sehat karena bertentangan dengan moral.

Sejak itulah, mulai sulit menemukan rumah panjang, khususnya di Kalimantan Barat, yang dihuni ratusan keluarga seperti dulu kala. Kalaupun ada, rumah panjang tidak dihuni, tetapi hanya sebagai tempat upacara adat. Bentuk dan panjangnya pun sudah tidak seasli rumah panjang tempo dulu.

Namun Rumah Panjang Saham yang berusia hampir 140 tahun ini hingga kini masih dihuni. Rumah panjang itu tidak kehilangan nilai eksotisnya. Panjangnya 186 meter dengan lebar sekitar 10 meter dan tinggi lantai sekitar 7 meter dari tanah. Rumah Panjang Saham memiliki 34 bilik yang dihuni sekitar 200 jiwa.

Rumah panjang pada zaman dulu didesain tinggi untuk menghindari binatang buas. Apalagi, kala itu binatang buas masih banyak. Dengan rumah yang tinggi, binatang akan sulit naik ke rumah. Desain yang tinggi juga sebagai bentuk pengamanan dari serangan antar-subsuku Dayak pada zaman Ngayau (mencari kepala manusia sesama suku Dayak).

Rumah panjang di Dusun Saham terdiri dari teras atau yang disebut pante, ruang tamu atau samik, dan ruang keluarga (kamar) yang rata-rata berukuran 6 meter x 6 meter. Di ruang tamu terdapat pene, semacam meja berukurang 3 meter x 3 meter dengan tinggian sekitar 0,5 meter sebagai tempat duduk saat menerima tamu pada zaman dulu. Pene sendiri dijadikan tempat untuk berbincang dengan tamu. Kalau tamu menginap di rumah juga menjadi tempat tidur.

Di bagian depan terdapat 34 tangga. Jumlah tangga yang ada disesuaikan dengan jumlah bilik (kamar) yang ada. Sebab, di Rumah Panjang Saham berlaku kepercayaan, jika penghuni salah satu bilik meninggal, saat pemakaman tidak boleh menggunakan tangga penghuni bilik lain karena dianggap ada sial.

Di bagian belakang rumah panjang terdapat dapur yang disebut masyarakat sekitar uakng mik. Setiap keluarga penghuni rumah panjang memiliki satu dapur untuk memasak.

Beberapa bagian rumah panjang, seperti tiang dan lantai, terbuat dari kayu ulin. Pada saat pembuatan dulu, kayu ulin dipotong menggunakan alat yang disebut beliung (senjata tajam menyerupai kapak) dan dikerjakan gotong royong oleh penghuni rumah panjang.

Bentuk rumah yang memanjang terjadi secara bertahap. Jika anggota keluarga penghuni rumah panjang menikah atau berkeluarga, akan dibangun bilik yang baru sehingga semakin panjang hingga seperti sekarang.

Meskipun demikian, dalam perkembangannya tidak semua keluarga membangun bilik baru karena tanah datarnya terbatas. Mereka membangun rumah terpisah di sekitar rumah panjang Saham.




DAFTAR PUSTAKA
            Lestriadi, Yanuar. 2018. Kecamatan sengah Temila dalam Angka. Landak: BPS Kabupaten Landak.
Lestriadi, Yanuar. 2018. Kabupaten Landak dalam Angka. Landak: BPS Kabupaten Landak.
Saputra, EE. 2014. “Radakng” Saham, Rumah Panjang yang Dibangun pada 1875”. Diakses dari https://travel.kompas.com/... Pada hari Minggu, 8 September 2019 pukul 20.35 WIB.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kamu - Senja dalam Gelapku