Kearifan Lokal Masyarakat Dayak Kalimantan Barat - Local Wisdom of the Dayak Community of West Kalimantan
Tema
Essay : Local Indigenous Governance
Kearifan lokal Orang Darat (Etnis
Dayak) Kalimantan Barat
Local wisdom West Kalimantan Dayak Ethnic Community
Oleh: Anana Supri
Kalimantan
Barat memiliki luas wilayah mencapai 146.807 km persegi, merupakan 7,53% dari
wilayah Indonesia atau 1,13 kali pulau jawa, merupakan provinsi terluas keempat
setelah Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah, secara geografis
berbatasan dengan Sarawak-Malaysia Timur. Dalam hal ini Kalimantan Barat
memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata,
jika dilihat dari keadaan geografis, topografis, iklim, keadaan sosial budaya
ekonomi dan sejarah kesultanan yang ada. Kalimantan Barat juga memiliki
masyarakat yang kultural, yang mampu untuk menjadi andalan salah satu potensi
pengembangan pembangunan daerah Kalimantan Barat. Adat Istiadat daerah
Kalimantan Barat, sangat beragam, yang mana salah satunya ialah etnis Dayak.
Dayak
atau Daya adalah suku asli yang mendiami pulau Kalimantan, memiliki budaya
sungai dimasa sekarang yaitu setelah berkembangnya agama Islam di Borneo.
Sebelumnya budaya masyarakat Dayak adalah budaya maritim atau bahari. Hampir
semua nama sebutan orang Dayak mempunyai arti sebagai sesuatu yang berhubungan
dengan "perhuluan" atau sungai, terutama pada nama-nama rumpun dan
nama kekeluargaannya, contoh Bidayuh dari bahasa kekeluargaan Dayak Bidayuh itu
sendiri yaitu asal kata "Bi" yang berarti "orang" dan Dayuh
yang bearti " Hulu" jadi Bidayuh bearti "orang hulu", dan
lainnya, sehingga disebut sebagai masyarakat darat atau daratan. Kelompok Suku
Dayak, terbagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub. Suku
bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yaitu: Apokayan
(Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Rumpun
Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Borneo. Adat
istiadat etnis Dayak, antara lain:
Naik Dango
Upacara Naik Dango
merupakan kegiatan panen padi atau pesta padi sebagai ungkapan rasa syukur
masyarakat Dayak kepada Nek Jubata (Sang Pencipta) terhadap segala hasil yang
telah diperoleh. Tujuannya supaya hasil panen tahun depan bisa lebih baik,
serta masyarakat dihindarkan dari bencana dan malapetaka.
Sampore
Sampore dilakukan dalam
kehidupan seseorang yang berhubungan dengan rehabilitasi hubungan yang pernah
cacat. Sampore dilakukan oleh para dukun.
Lala
Lala adalah pantangan
bagi masyarakat Dayak dalam melakukan sesuatu baik itu pantang makan, melakukan
sesuatu, dan mengucapkan kata-kata. Masa pantang bisa tiga hari, tujuh hari, 44
hari, dan seumur hidup diatur dalam tradisi masyarakat setempat. Tujuannya
adalah supaya setiap anggota masyarakat terhindar dari bahaya, kekuatan
meningkat, atau terkabulnya niat dalam pekerjaan.
Tanung
Tanung merupakan
tradisi masyarakat dalam menentukan jenis kegiatan misalnya membangun rumah,
mencari jalan terbaik dalam situasi gawat atau perang. Upacara batanung akan
memberikan suatu keyakinan tentang jenis kegiatan yang dapat dilakukan
kemudian.
Baremah
Baremah adalah
permohonan penutup atau ucapan syukur atas hasil pekerjaan, seperti pada
baroah, babalak, muang rasi, bapipis, basingangi (niat). Kegiatan ini lebih
bersifat pribadi atau bagian upacara keluarga.
Renyah
Renyah adalah bahasa
dayak yang menyebutkan lagu atau nyanyian. Isi nyanyian berupa pantun yang
sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berkasih sayang, saling
sindir, atau oleh orang tua menyampaikan pesan kepada anaknya.
Bacece
Bacece adalah berunding
di antara para tokoh, sanak keluarga, dan kerabat sekampung mengenai budi,
hutang, atau hal lainnya dari orang tua/kepala keluarga/tokoh adat/tokoh
masyarakat yang sudah meninggal dunia. Perundingan yang dipimpin oleh pemuka
adat, tujuannya agar arwah orang yang meninggal dapat lebih baik dan aman di
surga, dan keluarga yang ditinggalkan dapat lebih tenang dan rukun.
Pangka
Upacara adat pangka
adalah upacara adat untuk memperingati Ne’ Baruakng Kulup merunkan padi ke
dunia. Sebelum upacara adat yang dipimpin oleh temenggung ini dilaksanakan,
terlebih dahulu melakukan sembahyang bersama.
Mura’atn
Mura’atn adalah berdoa
agar seseorang tidak ditimpa mala petaka. Tradisi ini sifatnya pribadi
perorangan.
Rumah adat Dayak
Radakng
Rumah adat terbesar di Indonesia
bahkan di dunia dengan panjang 138 meter dan tinggi 7 meter sekaligus menjadi
yang paling megah di Kalimantan Barat. Rumah Radakng (Radakng merupakan bahasa
Dayak Kanayatn dalam Bahasa Indonesia berarti, rumah betang atau rumah panjang)
merupakan simbol semangat kekeluargaan, persaudaraan, gotong royong dan
kebersamaan masyarakat Dayak.
Pada
akhirnya, adat istiadat daerah juga peninggalan sejarah etnis Dayak memiliki
nilai-nilai kearifan lokal, kemudian bahwa masyarakat lokal yang mempunyai
kearifan tradisional yang dapat menunjang kebijakan dalam pengelolaan
kebudayaan daerah pada kerangka pembangunan nasional. Karena merupakan salah
satu ciri kebudayaan nasional, kearifan tradisional yang dimiliki masyarakat
lokal yang telah melebur dalam sistem kehidupannya, patut digali dan
dikembangkan lebih lanjut.
Namun,
kelestarian kebudayaan daerah ini tidak serta merta dapat bertahan dengan
sendirinya tanpa ada keterlibatan dari semua pihak, bukan hanya etnis daerah
masing-masing saja akan tetapi akan menjadi lebih maksimal apababila didukung
dan ada keterlibatan semua pihak (stake holder). Kelestarian kebudayaan ini
merupakan suatu tantangan yang harus dikembangkan untuk kepentingan bersama
dalam mempertahan nilai-nilai kearifan lokal budaya daerah tradisional agar
tidak punah digerus era modernisasi.
Komentar
Posting Komentar